Saturday 3 August 2019

Lindungi Kesehatan Mental Kita dari Bahaya Penyakit Hati



Seseorang itu akan dinyatakan sehat mentalnya menurut medis ketika kondisi batinnya berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan dia untuk menikmati kehidupannya sehari-hari, dan dapat menghargai orang lain yang ada di sekitarnya.

Dengan kondisi seperti itu ia dapat menggunakan potensi dirinya secara maksimal dalam mengarungi kehidupannya, serta menjalin hubungan yang positif dengan orang lain.

Sebaliknya, seseorang itu akan dinyatakan terganggu mentalnya menurut medis ketika suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosinya terganggu, yang pada akhirnya hal itu bisa mengarah pada perilaku buruk.


Didalam Islam, "Kesehatan Mental" itu penting, karena ia berkaitan dengan hati/jiwa. Dimana hati/jiwa itu menurut hadits Rasulullah Saw. dapat dijadikan ukuran sehat/benar atau sakit/rusaknya diri seseorang.

Diantara penyakit-penyakit yang dapat menggerogoti kesehatan hati/mental berdasarkan keterangan hadits Rasulullah Saw. adalah: hasud (iri dengki), su'udzan (buruk sangka), ujub/sombong, riya, suka menghibah (menggunjing), memfitnah orang lain, dan sebagainya.

Apabila sifat-sifat tersebut dan semisalnya masih menjadi bagian dari sifat apalagi kebiasaan kita, maka sadarilah bahwa pada diri kita itu sedang digerogoti penyakit-penyakit kesehatan mental.

Penyakit "Rasa Benci"

Diantara penyakit yang dapat menggerogoti kesehatan mental (hati/jiwa) manusia adalah rasa benci terhadap orang lain. Betapa tidak, dengan penyakit benci ini seseorang akan cendrung bersikap tidak objektif dalam menilai dan memperlakukan orang yang dibencinya, karena rasa kebencian yang menjalari sekujur tubuhnya melalui hatinya tersebut telah menumbuhkan sikap "apriori negatif" terhadap orang tersebut, sehingga "keran kebaikan" orang tersebut secara sadar ataupun tidak telah dia tutup sejak sedari awal tumbuhnya rasa benci tersebut.

Akhirnya hanya keran keburukanlah yang ia buka dari orang tersebut, sehingga seolah-olah orang tersebut tidak memiliki kebaikan apapun dimatanya.

Bahkan disaat orang tersebut terlihat tidak melakukan keburukan, maka "naluri benci" dia akan cendrung untuk menjelekan orang tersebut dengan dalih apapun, sehingga dia akan berusaha mencari celah untuk menjelekan orang tersebut dengan cara apapun.

Inilah dampak besar dari penyakit hati rasa benci, sehingga Rasulullah Saw. mewanti-wanti kita dengan penegasan "wa la tabaaghadhuu" (janganlah kalian saling membenci) yang dapat mengantarkan pada keretakan hubungan antar sesama kita dan menjerumuskan kita pada perbuatan dosa.

Penyakit "Hasud"

Hasud (dengki/iri hati) merupakan satu diantara beberapa penyakit yang dapat menggerogoti kesehatan mental (hati/jiwa) manusia. Mengapa demikian? Karena penyakit hasud ini menumbuhkan beberapa keinginan yang berdampak negatif, baik bagi orang yang dihasudi ataupun bagi diri orang yang menghasudi.

Diantaranya menumbuhkan keinginan dalam diri orang yang menghasud agar sesuatu atau beberapa kenikmatan yang ada pada diri orang yang dihasudinya hilang dan pindah kepadanya, atau hanya menginginkannya hilang saja walaupun tanpa harus pindah kepadanya, ataupun tidak menginginkannya hilang tetapi hanya sebatas membenci atas keberadaan nikmat pada orang yang dihasudinya tersebut.

Sehingga hati yang sudah dihinggapi hasud, akan merasa susah ketika melihat orang yang dihasudinya senang, dan akan merasa senang ketika melihat orang tersebut susah.

Oleh karenanya, ia akan cendrung untuk menstigma negatif orang tersebut. Jangankan yang tampak buruk, yang nyata-nyata baikpun akan dianggapnya buruk dan dikecam, sehingga ia akan berusaha mengaburkan kebenaran orang tersebut.

Maka prilakunya akan sering tidak terkendali ketika berhadapan dengan orang tersebut, karena disatu sisi ia sudah terjebak pada situasi tadi, dan disisi lain ia memiliki keinginan kuat mau melambungkan citra dan kredibilitas dirinya.

Akhirnya ketika hatinya sudah dipenuhi oleh penyakit seperti itu, maka lambat laun penyakit itu akan menjalar ke seluruh kujur tubuhnya, sehingga dadanya akan merasa sesak, mukanya menjadi tertekuk, bibirnya terasa berat untuk tersenyum, akhirnya lidahnya akan melontarkan cacian, hinaan, sumpah serapah, gunjingan bahkan fitnah.

Itulah dampak dari penyakit hasud ini. Oleh karenanya Rasulullah Saw. telah mewanti-wanti kita akan bahaya penyakit ini dengan sabdanya: "La tahaasaduu" (Janganlah kalian saling dengki/iri hati), yaitu dengki terhadap apa yang ada pada orang lain, sebagai hasil jerih payah ataupun keberuntungan yang kesemuanya sebagai karunia dari Allah Swt. kepada orang tersebut.

Penyakit "Ghibah"

Ghibah itu pada dasarnya adalah suatu virus hati yang sangat berbahaya dan dipandang menjijikan seperti menjijikannya memakan bangkai daging saudara, sehingga dikategorikan ke dalam cakupan dosa besar.

Namun sebahaya apapun dan semenjijikan gimanapun ghibah ini, juga sebesar apapun dosa melakukannya, akan menjadi tak terlihat, tidak berfungsi dan terkalahkan oleh bahaya virus "zhalim, fasiq dan kemunkaran", apabila ghibah tersebut keluar dari korban kezhaliman atau dalam rangka mengcounter, mengingatkan dan memberikan pelajaran kepada orang yang melakukan kefasikan atau dan kemunkaran secara terang-terangan.

Apalagi kalau kezhaliman atau dan kefasikan atau dan kemunkaran yang terang-terangan itu dilakukan oleh orang yang punya janji, amanah dan kedudukan yang menjadi tumpuan orang banyak.

Akhirnya dari beberap jenis penyakit keaehatan mental tersebut dapat diambil benang merahnya bahwa:

Orang yang hatinya terjangkiti virus "benci", "hasud" ditambah su'uzhan" itu akan cendrung memposisikan orang lain yang menjadi objek sasarannya itu seolah-olah tidak ada kebaikan yang pernah dilakukannya, sehingga sebaik dan sebanyak apapun kebaikan yang pernah orang lain lakukan akan cendrung di lihatnya sebagai suatu keburukan atau kekurangan.

Apalagi kalau yang dilakukan oleh orang lain tersebut masuk kategori kurang baik, pasti itu akan menjadi bahan empuk baginya untuk mengundang bahaya virus hati lainnya, yaitu ghibah.

Kalau virus itu sudah menjalar ke seluruh persendian ruhaninya, maka dia akan lupa pada setiap kesalahan dan kekurangan yang ia lakukan sendiri, bahkan selanjutnya akan timbul usaha-usaha untuk melegitimasi kesalahan yang ia perbuat itu seolah-olah benar.

Dari situ akhirnya dia akan selalu berusaha memutar balikan fakta sesuai dengan keinginan dan kepentingannya. 

Padahal setiap apa yang kita lakukan pasti ada akibat yang akan timbul, kalau tidak di dunia ya diakhirat... Ingatlah itu...

Oleh karena itu, mari jaga diri kita dari penyakit-penyakit seperti itu, sehingga kesehatan mental kita tidak terganggu. Apalagi karena jenis-jenis penyakit itu termasuk kepada perbuatan-perbuatan dosa, maka menjauhinya merupakan suatu kewajiban yang jangan di tunda-tunda, agar kita tidak mendapatkan malapetaka, bahkan kelak tidak dimasukan ke dalam api neraka... Wallahu a'lam bish shawab.



2 comments:

  1. Thanks for sharing, sukses terus..

    ReplyDelete
  2. You're welcome.. Sukses untuk kita semua brother.. Aamiin..

    ReplyDelete