Thursday 20 September 2018

Merealisasikan Nilai Sejarah Hijrah dan Keutamaan Muharram Dalam Kehidupan Kita

(www.gardamedia.org)



Oleh: Nabil Abdurahman

Khutbah I


إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونتوب إليه، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبيّ بعده، فبلغ الرسالة وأدى الأمانة ونصح الأمة وجاهد في الله حق جهاده حتى أتاه اليقين وترك أمتَه على المحجَّة البيضاء ليلُها كنهارها لا يزيغ عنها إلا هالك، اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين ومن تبعهم بإحسان الى  يوم الدين.

أما بعد: فيا عباد الله أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز
 المتقون. وقال الله تعالى في القرآن الكريم بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم : {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} 


Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah…
Ba’da hamdalah, shalawat dan salam kepada Rasulullah saw, saya selaku khatib berwasiat, baik bagi diri khatib sendiri, maupun bagi hadirin sekalian: Marilah kita bersama-sama saling mengingatkan dan menasehati akan pentingnya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Dimana di dalam Al-Qur’an Alah swt telah berfirman lebih dari 50 kali dengan lafadz “Ittaqullâh” (bertakwalah kamu sekalian kepada Allah). Pengulangan yang teramat sering ini menunjukkan bahwa takwa sangatlah penting artinya bagi setiap muslim, karena sesungguhnya keimanan dan ketaqwaan itu merupakan kunci menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Yaitu dengan cara imtitsalu awamirillah waj tinabun nawahi (menjalankan segala perintah Allah dan menjahui segala larangan-Nya)

Hadirin siding Jum’ah Rahimakumullah…
Seiring perputaran matahari, bulan dan bumi yang menyebabkan adanya pergantian siang dan malam, maka waktupun terus bergulir. Dari hari ke hari, minggu ke minggu dan bulan ke bulan, tanpa terasa kita sampai pada suatu putaran bulan Muharam yang merupakan permulaan dari putaran bulan dalam kalender hijriyah, yang pada hari ini menginjak hari kesepuluh atau sering disebut hari Asyuro.

Bagi sebagian kita, barangkali memasuki bulan muharram sebagai bulan pertama dalam tahun Hijriah ini, tidak seberapa berkesan dikarenakan negara kita tidak menggunakan kalender Hijriah, tetapi Masehi, sehingga yang akrab dalam keseharian kita adalah hitungan kalender Masehi, seperti perhitungan Tanggal lahir, pernikahan, masuk dan libur kantor, sekolah dan sebagainya.

Bagi kalangan pengikut Syiah memandang bahwa bulan Muharram sebagai bulan dukacita dan bulan berkabung atas terbunuhnya Sayidina Hussain di Karbala oleh pendukung Yazid bin Mu’awiyah. Maka mereka menghukumi haram untuk melangsungkan akad dan resepsi pernikahan, atau acara suka-ria lainnya di bulan itu.

Bagi sebagian yang lainnya, menganggap bahwa bulan Muharram ini sebagai momentum, sehingga memperingatinya merupakan suatu hal yang menjadi keharusan, bahkan dibeberapa tempat terkadang sampai keluar dari hal-hal yang disyari’atkan Islam, seperti disebagian kalangan suku Jawa yang sering mengadakan acara ritual dan adat meminta berkah pada benda-benda yang dianggap keramat dan sakti, membuang sesajian ke laut agar Sang Dewi penjaga laut tidak marah dan lain sebagainya.

Hadirin Rahimakumullah.. Kita sebagai seorang muslim, dalam mensikapi masuknya bulan Muharram ini tentu janganlah terlalu acuh atau terlalu berlebihan, tetapi haruslah proporsional, artinya apapun yang kita lakukan haruslah sesuai atau tidak keluar dari aturan syari’at Islam.

Oleh karena itu, kita perlu sejenak menghayati, merenungi dan memaknai secara betul-betul beberapa hal yang terkait dengan bulan Muharram sebagai bulan pertama dari penanggalan kalender Hijriah ini, sehingga kita tidak salah kaprah dalam mensikapinya.

Untuk itu pada khutbah kali ini khotib akan membahas tentang tema: Merealisasikan Nilai Sejarah Hijrah dan Keutamaan Muharram Dalam Kehidupan Kita

Hadirin siding Jum’ah Rahimakumullah…
Ketika kita berbicara mengenai sejarah bagaimana awal mula dibuatnya penaggalan Hijriah, dan dijadikannya bulan Muharram sebagai awal bulannya, maka kita akan membicarakan tentang Para sahabat dekat Rasulullah saw sebagai generasi umat islam terbaik, dan membicarakan pertimbangan-pertimbangan apa yang menjadikan mereka memilih Hijrah sebagai nama tahun, dan bulan muharram sebagai awal bulannya.

Al-Hakim di dalam al-Mustadraknya, meriwayatkan dari Said bin al-Musayib, bahwa pada masa kekhalifahan Umar Bin Khattab, tepatnya pada tahun ke-17 sejak Hijrahnya Rasulullah Saw dari Makkah ke Madinah, Umar bin Khattab mengumpulkan kaum muhajirin dan anshar radhiyallahu ‘anhum, beliau bertanya: “Mulai kapan kita menulis tahun?” Beberapa opsi pun bermunculan: ada yang menginginkan, tapak tilas sistem penanggalan Islam berpijak pada tahun kelahiran Rasulullah. Ada juga yang mengusulkan, awal diangkatnya Muhammad Saw sebagai Rasulullahlah merupakan timing waktu paling tepat dalam standar kalenderisasi. Bahkan, ada pula yang melontarkan ide akan tahun wafatnya Rasulullah Saw, sebagai batas awal perhitungan tarikh dalam Islam. Walaupun demikian, nampaknya Sayidina Umar r.a. lebih condong kepada pendapat sayidina Ali karamallâhu wajhah yang mengutamakan peristiwa hijrah sebagai tonggak terpenting ketimbang event-event lainnya dalam sejarah Islam, alasan beliau adalah karena hijrah tersebut merupakan momen meninggalkan negeri syirik atau momen pembeda antara yang hak dengan yang batil. Maka pada saat itulah saidina Umar beserta para sahabat lainnya menetapkan tahun peristiwa terjadinya Hijrah itu sebagai tahun pertama kalender umat Islam (al-Mustadrak 4287 dan dishahihkan oleh adz-Dzahabi).

Setelah mereka sepakat mengenai perhitungan tahun dengan mengacu pada tahun hijrah Nabi saw tsb, selanjutnya mereka bermusyawarah mengenai bulan apakah yang dijadikan sebagai bulan pertama.

Pada musyawarah tersebut, Utsman bin Affan ra mengusulkan agar bulan pertama dalam kalender Hijriah adalah Muharram. Karena beberapa alasan:

a.  Muharam merupakan bulan pertama dalam kalender masyarakat Arab di masa-masa silam.

b. Di bulan Muharam, Rasulullah beserta kaum muslimin telah menyelesaikan ibadah yang besar yaitu haji ke baitullah.

c.  Pertama kali munculnya tekad Rasulullah untuk hijrah terjadi di bulan Muharam. Karena pada bulan sebelumnya, Dzulhijah, beberapa masyarakat Madinah melakukan Baiat Aqabah yang kedua.

d.  Bulan Muharram termasuk salah satu dari empat bulan haram dalam Islam yang dilarang Allah untuk berperang di dalamnya.

Maka sejak zaman khalifah Umar bin khatab itulah, hitungan tahun dalam kalender Islam dengan mengacu kepada hijrah Nabi Muhammad Saw, dengan awal bulannya Muharram ditetapkan, selanjutnya kalender ini dinamakan kalender hijriah.

Hadirin siding Jum’ah Rahimakumullah…
Dari pemaparan sejarah tadi, kita bisa mengambil nilai-nilai luhur yang dikandungnya, yang dapat kita realisasikan dalam kehidupan kita pada saat ini, sehingga hidup kita insya Allah menjadi bermashlahat baik di dunia, khususnya diakhirat, yaitu dengan merealisasikan nilai hijrah dan keutamaan Muharram dalam kehidupan kita sekarang ini. Untuk itu pembahasan ini kita bagi dua, yaitu:

A. Merealisasikan Nilai Hijrah dalam kehidupan kita

Diantara nilai-nilai Hijrah yang sepatutnya kita realisasikan dalam kehidupan kita diantaranya:

1. Sikap Membuat Perubahan diri, bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, harus kita jadikan prinsip hidup kita selama hidup di dunia ini. Sebagaimana dalam intisari hadits nabi bahwa merugi orang yang hari ini sama saja dengan hari kemarin, apalagi jika hari ini malah lebih buruk dari kemarin, itulah yang dinamakan orang yang muflis/bangkrut. Allah swt berfirman:


(( يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله ولتنظر نفس ما قدمت لغد واتقوا الله إن الله خبير بما تعملون)) 


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr: 18).

Ayat ini memperingatkan kita untuk mengevaluasi perbuatan yang telah kita lakukan pada masa lalu agar meningkat di masa datang yang pada akhirnya menjadi bekal kita pada hari kiamat kelak.

2. Sikap Optimis dalam hidup. Islam sangat mencela orang yang pesimis apalagi berputus asa dalam menatap hidup. Perjalanan Hijrah Rasul beserta para sahabatnya sejatinya benar-benar menjadi teladan kita dalam meraih masa depan walau dalam kondisi sesulit apapun, karena Allah pasti akan memberikan jalan keluar. Allah swt menegaskan: Inna ma’al ‘usri yusron, bahwa setelah ada kesulitan akan datang kemudahan. Yang terpenting bagi kita adalah berbuat melakukan sesuatu:


إِنَّ اللهَ لاَيُغَيِّرُ مَابِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَابِأَنفُسِهِمْ


“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…… (Ar-Ra’du:11)

3. Sikap kesediaan untuk berkorban, yaitu bahwa untuk mencapai suatu usaha atau cita-cita besar, dibutuhkan pengorbanan maksimal dari setiap orang. Inilah yang dilakukan Rasulullah dan Abu Bakar ketika berhijrah dengan segala daya yang dimilikinya, tenaga, fikiran, dan materi, bahkan dengan jiwa dan raga beliau. Begitu pula yang dilakukan “Ali Bin Abi Thalib” dengan tidur di tempat pembaringan Nabi sambil berselimut dengan selimut beliau guna mengelabui kaum Musyrikin. Dengan kesediaan ini. ‘Ali pada hakikatnya mempertaruhkan jiwa raganya demi membela agama Allah.

4. Sikap bertawakal, yaitu apabila kita sedang atau sudah berusaha dan berkorban dengan penuh optimis dalam menggapai tujuan atau cita-cita, maka serahkanlah berhasil tidaknya kepada Kehendak Allah swt., sebagaimana Dia tegaskan: فإذا عزمت فتوكل على الله  “apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.” Inilah sikap yang telah dicontohkan oleh Rasululloh saw. bersama sahabat Abu Bakar ra dalam hijrah, ketika bersembunyi di Gua Tsur di saat para pengejar mereka telah berdiri di mulut gua tersebut. Dimana pada saat itu Abu bakar ra. sangat gentar dan gusar. Lalu Rasululloh saw. menenangkannya sambil berkata : Laa takhoof Wa Laa Tahzan, Innalloha Ma’anaa, “Janganlah kuatir dan janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”

5. Sikap memupuk rasa persaudaraan, empati dan simpati antar sesama muslim, walaupun dalam hal lainnya ada perbedaan, seperti perbedaan suku, daerah, Bahasa, kondisi fisik dsb. Hal ini bisa kita contoh dari Indahnya persaudaraan antara kaum anshar dan kaum muhajirin, dimana rasa kepeduluan social yang tinggi pada saat itu, ditunjukan oleh kaum anshar terhadap kaum muhajirin yang baru datang berhijrah dari Mekah ke Yatsrib/madinah. Itulah sikap berbagi tanpa pamrih dan rasa empati yang sungguh menyentuh hati dan diabadikan di dalm al-Qur’an surat al-Hasr ayat: 8 - 9

B. Merealisasikan Keutamaan Bulan Muharram dalam kehidupan kita

Adapun diantara nilai-nilai Keutamaan Bulan Muharram yang sepatutnya kita realisasikan dalam kehidupan kita diantaranya:

1. Memuliakan bulan Muharram, Hal ini dikarenakan:

1). Bulan Muharram termasuk empat bulan Haram (suci), Disebut bulan haram, karena bulan ini dimuliakan masyarakat Arab, sejak zaman jahiliyah sampai zaman Islam. Sehingga pada bulan-bulan haram tersebut tidak diperbolehkan ada peperangan. Qotadah berkata, “Amalan shalih pada bulan haram pahalanya sangat agung dan perbuatan dhzalim di dalamnya merupakan kedhzaliman yang besar pula dibanding pada bulan selainnya, walaupun yang namanya kedhzaliman itu kapanpun merupakan dosa yang besar” (Ma’alimut Tanzil 4/44-45).

Mengenai bulan haram ini Allah swt berfirman:


إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ


“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus..” (QS. At-Taubah: 36)

Adapaun penjelasan mengenai empat bulan haram ini, ada dalam salah satu hadits Rasulullah saw, yang artinya: “Sesungguhnya zaman berputar sebagai mana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar, antara Jumadi Tsani dan Sya’ban.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itulah, para sahabat pada saat itu selalu menghormati bulan haram ini. Hal ini sebgaimana diriwayatkan oleh Az-Zuhri.

2) Allah swt telah menamakan bulan Muharram dengan Syahrullah (Bulan Allah). Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits Rasulullah saw:

أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم


“Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim)

Dalam hal ini Imam As-Suyuthi mengatakan, bahwa bualn Muharram dinamakan syahrullah –sementara bulan yang lain tidak mendapat gelar ini– karena nama bulan ini termasuk nama islami. sedangkan nama-nama bulan lainnya sudah ada di zaman jahiliyah. Sementara dulu, orang jahiliyah menyebut bulan Muharram ini dengan nama Shafar Awwal. Kemudian ketika Islam datanng, Allah ganti nama bulan ini dengan Al-Muharram, sehingga nama bulan ini Allah sandarkan kepada dirinya (Syahrullah). (Syarh Suyuthi ‘Ala shahih Muslim, 3:252)

2.  Berpuasa pada hari yang sangat dimuliakan oleh para umat beragama samawi, yaitu hari Asyura’, hari ke-10 di bulan Muharram ini, yang bertepatan pada hari sekarang ini dan hari sebelumnya, yaitu kemarin.

Adapun sebab Orang Yahudi memuliakan hari asyuro adalah karena hari itu adalah hari kemenangan Musa bersama Bani Israil dari penjajahan Fir’aun dan bala tentaranya. Dari Ibnu Abbas ra, beliau menceritakan, bahwa Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura’. Beliau bertanya, “Hari apa ini?” Mereka menjawab, “Hari yang baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, sehingga Musa-pun berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah. Akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kami (kaum muslimin) lebih layak menghormati Musa dari pada kalian.” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk puasa. (HR. Al Bukhari)

Kemudian dalam salah satu riwayat Ibnu Abbas ra  dikatakan bahwa pada saat Rasulullah saw. berpuasa pada hari asyura dan memerintahkan kaum muslimin berpuasa, mereka (para shahabat) berkata : "Ya Rasulullah ini adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani". Maka Rasulullah pun bersabda :"Jika tahun depan kita bertemu dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa pada hari kesembilan (tanggal sembilan).“ (H.R. Bukhari dan Muslim)

Adapun mengenai keutamaan puasa asyuro ini, Rasulullah saw telah bersabda, yang artinya: “ Aku berharap pada Allah dengan puasa Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Dalam sebuah riwayat, Ibnu Abbas d ditanya tentang puasa Asyura, jawabnya, “Saya tidak mengetahui bahwa Rasulullah puasa pada hari yang paling dicari keutamaannya selain hari ini (Asyura) dan bulan Ramadhan” (HR. Bukhari no. 1902, Muslim no. 1132)

Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh...
Oleh karena itu marilah kita realisasikan nilai-nilai hijrah dan keutamaan bulan Muharram ini dalam aktifitas kehidupan kita sehari-hari, sehingga kita menjadi manusia bertaqwa yang bermanfaat dihadapan sesama manusia di dunia ini, dan mulya dihadapan Allah swt baik didunia maupun di akhirat


 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْر الْحَكِيْمِ، وتقبّل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ من كل ذنب فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ


Khutbah II
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. 
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ…. فَقَال تَعَالَى في القرآن العظيم بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم : { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ {

وأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وثالث بكم أيها المؤمنون، فَقَالَ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: ” إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأّيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا “.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ…. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِيْهِمْ بإحسان إلى يوم الدين…   آمين

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إنك سميع قريب مجيب الدَّعَوَات…

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَالله: اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكم بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوااللهَ الْعَظِيْمِ يذكركم وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَر والله يعلم ما تصنعون.
وأقم الصلاة.

No comments:

Post a Comment