Thursday 20 September 2018

Menelaah Gerhana Bulan dari Sisi Historis, Astronomis dan Filososfis

(www.grid.id)

Oleh: Nabil Abdurahman

Khutbah I

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونتوب إليه، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبيّ بعده، فبلغ الرسالة وأدى الأمانة ونصح الأمة وجاهد في الله حق جهاده حتى أتاه اليقين وترك أمتَه على المحجَّة البيضاء ليلُها كنهارها لا يزيغ عنها إلا هالك، اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين ومن تبعهم بإحسان الى يوم الدين.

أما بعد: فيا عباد الله أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون. وقال الله تعالى في القرآن الكريم بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم : {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} 

Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah…

Ba’da hamdalah, shalawat dan salam kepada Rasulullah saw, saya selaku khatib berwasiat, baik bagi diri khatib sendiri, maupun bagi hadirin sekalian: Marilah kita bersama-sama saling mengingatkan dan menasehati akan pentingnya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Dimana di dalam Al-Qur’an Alah swt telah berfirman lebih dari 50 kali dengan lafadz “Ittaqullâh” (bertakwalah kamu sekalian kepada Allah). Pengulangan yang teramat sering ini menunjukkan bahwa takwa sangatlah penting artinya bagi setiap muslim, karena sesungguhnya keimanan dan ketaqwaan itu merupakan kunci menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Yaitu dengan cara imtitsalu awamirillah waj tinabun nawahi dan di topang dengan:

الخوف من الجليل والعمل بالتنزيل والرضا بالقليل والاستعداد ليوم الرحيل

“Takut kepada Allah yang Mahaagung), (mengamalkan al Qur’an dan al Sunnah), (ridla atas pembagian rizki yang sedikit), dan (mempersiapkan diri untuk perjalanan di akhriat)”

Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh...
Berdasarkan data hasil Hisab Falakiyah diperkirakan bahwa pada saat ini sedang terjadi Gerhana Bulan Total (GBT) di di Indonesia, yang dimulainya dari sekitar jam 18.47 dan berakhir sekitar jam 22.11. Adapun Gerhana Bulan Totalnya diperkirakan terjadi selama 76 (tujuh puluh enam) menit dimulai pada pukul 19.51 dengan puncaknya pada pukul 20.29 dan akan berakhir pada pukul 21.07.

Penomena gerhana ini adalah salah satu fenomena langka yang mengundang reaksi yang bermacam-macam dari berbagai macam umat manusia dari jaman dahulu sampai sekarang, dimana jaman dahulu secara umum banyak masyarakat berbagai macam peradaban dahulu mengaitkan kejadian gerhana ini dengan hal-hal yang berbau mitos, tahyul dan keyakinan khurofat yang menyelisihi aqidah yang benar, lalu datang Nabi Muhammad SAW meluruskan itu semua dengan ajaran Islamnya yang sempurna yang diperuntukan untuk seluruh etnis, ras, bangsa dan suku-suku di dunia sampai hari kiamat, namun, khususnya dizaman now ini tidak sedikit dari kita umat islam yang terlena dengan ajaran Rasulullah saw ini, sehingga tidak jarang ketika datang gerhana yang mereka bahkan mungkin kita hanya asik melewatinya dengan mengamati gerhananya hanya untuk kesenangan dengan berfoto-foto selfi ria, tanpa mengaitkannya dengan menumbuh kembangkan keimanan dan ketaqwaan, termasuk didalamnya tidak melaksanakan shalat gerhana dan hal-hal lainnya yang dianjurkan oleh Rasulullah saw.

Untuk itu pada khutbah kali ini, khatib akan mengupas hal yang berkaitan dengan gerhana ini dari 3 sisi, sisi historis (penelususran sejarah), astronomis (kajian sisi pengetahuan tentang ilmu astronomi), dan sisi filosofis (hikmah). Oleh karenanya, khatib memberi judul khutbah ini dengan tema: Menelaah Gerhana Bulan dari Sisi Historis, Astronomis dan Filososfis

Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh... 
Pertama: sisi historis, maksudnya adalah menelusuri beragam keyakinan dan kebiasaan berbagai macam masyarakat zaman dahulu dalam menyikapi dan melewati gerhana ini, dengan tujuan agar kita mengetahui kekeliruan-kekeliruan mereka sehingga kita dapat menghindarkan diri dari keykinan dan kebiasaan tersebut, karena di zaman now pun mungkin di sebgaian masyarakat Indonesia ada yang masih terpengaruh secara adat dari keyakinan dan kebiasaan dahulu tsb.

Diantara keyakinan dan kebiasaan zaman dahulu tsb, diantaranya:

1. Di negeri Cina, dahulu orang percaya bahwa gerhana terjadi karena seekor naga langit membanjiri sungai dengan darah lalu menelannya. Itu sebabnya orang Cina menyebut gerhana sebagai “chih” yang artinya “memakan”.

2. Di Jepang, dahulu orang percaya bahwa gerhana terjadi karena ada racun yang disebarkan ke bumi. Untuk menghindari air di bumi terkontaminasi oleh racun tersebut, maka orang-orang menutupi sumur-sumur mereka.

3. Beda lagi dengan yang dipercaya oleh suku Hupa di bagian utara California. Gerhana bulan disebut sebagai tanda jika bulan sedang terluka. Konon ketika bulan telat memberi makan hewan peliharaannya, mereka akan menyerang bulan hingga membuatnya berdarah.

4. Di Indonesia, khususnya Jawa, dahulu orang-orang menganggap bahwa gerhana bulan terjadi karena Batara Kala alias raksasa jahat, memakan bulan. Mereka kemudian, lalu mereka beramai-ramai memukul kentongan untuk menakut-nakuti dan mengusir Batara Kala tsb. Ada juga yang tidak jauh beda dengan tradisi dan mitos di Jawa, masyarakat Tidore memiliki tradisi dalam menyikapi terjadinya peristiwa alam gerhana matahari atau gerhana bulan. Pada saat itu orang-orang Dayak akan membunyikan gong atau benda apa saja supaya bulan atau matahari muncul kembali. Kebiasaan unik lainnya yang dilakukan masyarakat suku Dayak Ngaju yaitu Memukul-mukul atau menggoyang batang pohon buah-buahan untuk membangkitkan “Gana”, yaitu roh dari pohon tersebut agar pohon tersebut berbuah lebat. Cerita rakyat mengenai naga dibentangan Sungai Musi, Kota Palembang, konon, ada naga dari dalam Sungai Musi yang akan muncul saat gerhana matahari. Kehadiran naga tersebut dipercaya bakal memakan matahari di atas langit.

5. Ada juga masyarakat yang meyakini bahwa bulan dan matahari adalah sepasang kekasih, sehingga apabila mereka berdekatan maka akan saling memadu kasih sehingga timbullah gerhana sebagai bentuk percintaan mereka. Ada juga yang meyakini bahwa matahari itu beredar seperti dibawa oleh sebuah gerobak besar. Gerhana itu terjadi karena gerobak tersebut memasuki sebuah terowongan dan kemudiankeluar lagi. Ada juga menyuruh wanita yang hamil agar bersembunyi di bawah tempat tidur, supaya bayi yang dilahirkannya nanti tidak cacat (wajahnya hitam sebelah)

6. Bagi orang-orang Quraisy di Arab, gerhana bulan dikaitkan dengan kejadian-kejadian tertentu, seperti adanya kematian atau kelahiran seseorang. 

Itulah diantara mitos, keyakinan dan kebiasaan masyarakat dahulu yang mungkin saja masih diyakini oleh sebagian masyarakat zaman now. Oleh karena itu agar kita tidak terjerumus dalam keyakian tsb, maka kita harus menyikapi gerhana tsb dengan apa yang disabdakan dan dicontohkan oleh Rasulullah saw, dimana di zaman Rasulullah SAW sendiri pun, ketika terjadi gerhana matahari yang kebetulan bersamaan dengan meninggalnya putra beliau yang bernama Ibrahim, yaitu pada hari Senin 29 Syawal 10 H, sehingga masih ada sebagian orang yang menganggap terjadinya gerhana itu karena kematian putra beliau. Maka Rasulpun meluruskannya dengan sabdanya, seperti yang diriwayatkan dari al-Mugirah bin Syu’bah:

قَالَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((إنَّ الشَّمْسَ وَ الْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوْا وَادْعُوا اللهَ)) (رواه البخاري)

Artinya: “Sesungguhnya matahari dan bulan itu tidak gerhana dikarenakan mati dan hidupnya seseorang. Jika kamu mengetahui (gerhana itu), maka tunaikanlah shalat dan berdoalah kepada Allah. (riwayat al-Bukhari).

Dan Alhamdulillah pada momen gerhana kali ini kita tadi telah melaksanakan tuntunan Rosaulullah swt, yaitu dengan melaksanakan shalat khusuf yang dialnjutkan dengan khutbah saat ini.

Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh... 
Kedua: sisi astronomis, maksudnya adalah kita mempelajari dan mengamati penomena gerhana ini dari sisi ilmu astronominya, agar kita tahu dan tidak salah dalam memahami fenomena ini, sehingga akhirnya kita sampai pada kebenaran bahwa fenomena alam itu ada yang mengaturnya, yaitu Allah, sebagai pencipta seluruh benda-benda angkasa dan segala apa yang di dalamnya, akhirnya menumbuhkembangkan keimanan kita kepada Allah swt, yang berbanding lurus dengan perubahan prilaku kita dalam sehari-hari dengan lebih meningkat dalam melakukan segala perintahnya dan menjauhu segala larangannya, juga dalam sisi akhlak.

Secara astronomis/ilmu falak yang namanya gerhana bulan (Khusuf Al qomar) itu adalah suatu peristiwa alam yang menggambarkan bahwa bulan memasuki bayangan bumi, sehingga bumi berada di antara bulan dan matahari atau yang dikenal dengan Oposisi atau istiqbal. Jadi Gerhana bulan ini terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.

Setelah kita mengetahui apa, bagaimana dan penyebabnya terjadi gerhana secara astronomis ini, kita mendapatkan kebenaran bahwa gerhana itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan sperti kepercayaan-kepercayaan dan mitos-mitos zaman dahulu tersebut. Lalu dari sini timbul pertanyaan: lalu siapa yang menciptakan dan mengatur atau menjadikan bulan, bumi dan matahari itu sejajar?

Dalam menjawab pertanyaan seperti ini, mari kita perhatikan salah satu sabda Rasulullah saw dari riwayat siti Aisyah:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

Artinya: ”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits tersebut selain penegasan Rasul tentang tidak ada kaitan antara gerhana dengan meninggal atau lahirnya seseorang, dan penganjuran amaliayah ibadah mahdhah, juga penegasan bahwa matahari, bulan dan terjadinya gerhana pada keduanya adalah tanda-tanda keberadaan, kekuasaan dan kebesaran Allah sebagai pencipta dan pengatur langit dan bumi serta seluruh alam berserta seluruh isinya.

Lebih lanjut di dalam al-Qur’an surat Yaasiin: 37-40 dijelaskan:

وَآيَةٌ لَّهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُم مُّظْلِمُونَ (37) وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (38) وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ (39) لَا الشَّمْسُ يَنبَغِي لَهَا أَن تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ (40) [سورة يس، 36: 37-40]

Artinya: Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan (37) dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (38) Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua (39) Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya (40).

Dengan demikian, siang dan malam, matahari dan bulan, adalah ciptaan-ciptaan Allah. Semuanya diciptakan menurut aturan-aturan tertentu yang oleh para ahli ilmu alam disebut dengan hukum alam, atau yang kita namakan dengan istilah sunnatullah. Semuanya berada di bawah kekuasaan dan pemeliharaan Allah dan tidak ada seorangpun yang mampu mengubah atau mengganti sunnatullah tersebut. Mari kita simak firman Allah swt berikut:

سُنَّةَ اللهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلُ ۖ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّةِ اللهِ تَبْدِيلًا. [سورة الفتح، 48: 23]

Artinya: “Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan peubahan bagi sunnatullah itu”.

Setelah penjelasan ini, munculah pertanyaan: Lalu tujuan dan sasarannya apa adanya penciptaan dan pengataturan langit bumi, matahari, bulan dan terjadinya gerhana ini?

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita perhatikan salah satu riwayat yang menggambarkan bagaimana rekasi Rasulullah ketika salah satu ayat yang diturunkan kepadanya itu berkaitan dengan penegasan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi itu ada tanda-tanda kekuasaan Allah, beliau sampai menangis dengan tangisan yang amat lama. Bahkan lebih lama daripada tangisan beliau disaat mendapatkan tekanan berat, atau saat beliau kehilangan orang terkasihnya. Bahkan Bilal yang mendatangi rumah beliau untuk menjemputnya melaksanakan shalat shubuh pun bingung dibuatnya…

Khawatir melihat kondisi Nabi tsb, Bilal bertanya: ”Ada apakah gerangan sehingga engkau menangis seperti itu. Apakah sakit, atau ada teguran dari Allah. Atau ada kejadian hebat lainnya?” Maka Rasul pun menjawab bahwa beliau semalam telah menerima wahyu dari Allah. surat Ali Imran ayat 190-191 sebagai berikut:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ. الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (190) [yaitu] orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi [seraya berkata]: “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (191)

Dari ayat ini, menjadi gamblang bahwa dengan adanya Allah swt menciptakan langit dan bumi ini, lalu Dia mengatur bumi, bulan dan matahari sehingga karenya terjadi pergantian malam dan siang, termasuk juga terjadinya gerhana bulan ini, dengan tujuan agar manusia mengingat (berdzikir) kepada-Nya, mentafakkuri keagungan cipataan dan pengaturan alam semesta tersebut, juga banyak berdo’a kepada-Nya agar diampuni segala dosa-dosa, dihapus kesalahan-kesalahan dan dipelihara dari api neraka. Sehingga dengan tafakurnya tersebut mereka menjadi bertambah kuat imannya dan semakin lurus pemikirannya, karena mereka dapat sampai pada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan-Nya.

Dari sini timbul pertanyaan apa itu tafakkur?

Menurut Imam Al-Ghazali di dalam Ihya Ulumuddinnya, tafakkur itu adalah menghadirkan 2 makrifat (pengetahuan) yang terdahulu (sudah diketahui) untuk sampai pada makrifat yang ke-3. Contohnya ketika seseorang ingin mengetahui mana yang lebih baik antara dunia dan akhirat, maka metode tafakkur yang harus ditempuhnya adalah dengan mengetahui dulu bahwa yang kekal lebih baik dan utama daripada yang tidak, lalu dia mengetahui bahwa akhirat lebih kekal daripada dunia. Maka dari dua premis (pengetahuan dasar) tersebut muncullah pengetahuan ketiga, yaitu bahwa akhirat lebih baik daripada dunia, karena akhiratlah yang kekal daripada dunia.

Jadi tafakkut itu bisa dimaknai suatu perenungi dengan melihat, menganalisa, meyakini secara pasti tanda-tanda ke-Maha Kuasaan Allah dalam menciptakan, mengatur dan membinasakan alam semesta beserta seisinya, juga manfaat-manfaatnya, berdasarkan akal pikiran dan perasaan atau hati yang suci dan lurus, sehingga menghasilkan sebuah keyakinan yang mendalam bahwa hanya Allah Swt. saja dzat satu-satunya yang menciptakan semua itu sehingga Dia-lah satu-satunya ilah yang berhak untuk disembah, ditakuti dan ditaati. Maka dari cara ini munculah istilah “Dalil Aqli”

Objek bertafakkur haruslah ayat-ayat kauniyah, yaitu ciptaan Allah (makhluq-Nya), bukan zat-Nya, karena aqal manusia tidak akan mampu untuk memikirkan zat-Nya, sebab aqal tersebut diciptakan oleh-Nya dengan batasan tertentu. Dalam sebuah hadits dari Abu Syaikh dari Ibnu Abbas ditegaskan:

تفكروا في الخلق، ولا تفكروا في الخالق، فَإِنَّكُمْ لَنْ تَقْدِرُوْا قَدْرَهُ

Artinya: “Berpikirlah tentang makhluk (ciptaan Allah) dan janganlah memikirkan (dzat) Sang Pencipta, karena kalian tidak mungkin akan mampu memperhitungkan kadarnya”. (Jami’u Al-ahaadiits, As-Suyuthi)

Adapaun manfaat dari bertafakkur menurut beberapa ulama adalah sbb:

1. Dapat menumbuhkan rasa takut kepada Allah di dalam hati dan menghilangkan kelalaian dalam ibadah (Ibnu Abbas).

2. Dapat mengubah dari kelalaian menuju kesadaran, dari hal-hal yang dibenci Allah menuju hal-hal yang dicintai-Nya, dari ambisi dan keserakahan menuju zuhud dan qana’ah, dari penjara dunia menuju keluasan akhirat, dari kesempitan kebodohan menuju keluasan ilmu pengetahuan, dari bencana buta, tuli dan bisu menuju nikmat penglihatan, pendengaran dan pemahaman tentang Allah, dan dari berbagai penyakit syubhat (bimbang) menuju keyakinan yang menyejukan hati dan keimanan yang menentramkan. (Miftah Daris Sa’adah: 226)

Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh... 
Pembahasan ketiga yang akan kita kupas berkaitan dengan gerhana ini adalah dari sisi filosofisnya, yaitu dengan cara menguak sisi lain dari gerhana bulan ini dengan tujuan untuk mengambil nilai-nilai yang bisa diterapkan dalam kehidupan kita.

Diantara sisi folosofis yang dapat kita petik dari gerhana bulan ini adalah dari keadaaan bulan yang tidak menyinarkan cahaya pantulan matahari seperti biasanya, hal ini dikarenakan pancaran mataharinya terhalangi oleh bumi, dimana letak bumi berada antara matahari dan bulan.

Nilai filosofis dari hal ini misalnya ketika kita kaitkan dengan akhlak, maka akan muncul istilah “Gerhana Akhlak” yang bisa terjadi pada diri siapapun, yaitu disaat diri kita ada dalam keadaan berprilaku yang jelek (sayyiah), yang dikarenakan diri kita sedang tertutupi dari cahaya hidayah dan petunjuk ajaran islam. Dan yang menutupinya itu adalah berbagai macam penyakit yang menggerogoti hati kita. Jadi walaupun sudah cukup keterangan dan penjelasan yang telah diakui kebenarannya dan dirasakan kemanfaatannya, akan tetapi disaat kita ada dalam keadaan gerhana akhlak ini seolah-olah Sinar cahaya Ilahi terhalang oleh penyakit hati, keindahan dunia yang memalingkan perhatiannya dan menyilaukan nafsunya.

Maka agar kita terhindar dari gerhana akhlak atau penurunan akhlak ini adalah dengan menterapi hati kita dari berbagai penyakit yang menghinggapinya, yaitu dengan cara memperbanyak dzikir atau memngingat Allah swt, sebagaimana dalam firmannya QS. Ar-Ra’du: 28

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Artinya: “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.

Sebagai salah satu contoh nyata dari adanya hubungan antara akhlak yang jelek ini dengan penyakit hati adalah sebagaimana dijelaskan di dalam QS. Al-Hujurat: 11-12

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (11) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (12)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْر الْحَكِيْمِ، وتقبّل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ من كل ذنب فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ


Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. 

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ…. فَقَال تَعَالَى في القرآن العظيم بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم : { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ {

وأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وثالث بكم أيها المؤمنون، فَقَالَ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: ” إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأّيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا “.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ…. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِيْهِمْ بإحسان إلى يوم الدين… آمين

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إنك سميع قريب مجيب الدَّعَوَات…

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ..

رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَالله: اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكم بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوااللهَ الْعَظِيْمِ يذكركم وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَر والله يعلم ما تصنعون.

No comments:

Post a Comment