Friday 5 July 2019

Mengaktualisasikan Spirit dan Nilai-nilai Manasik Haji Dalam Kehidupan Kita

(https://id.vltrends.com) 


Oleh: Nabil Abdurahman

Khutbah I

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونتوب إليه، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبيّ بعده، فبلغ الرسالة وأدى الأمانة ونصح الأمة وجاهد في الله حق جهاده حتى أتاه اليقين وترك أمتَه على المحجَّة البيضاء ليلُها كنهارها لا يزيغ عنها إلا هالك، اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين ومن تبعهم بإحسان الى يوم الدين.
أما بعد: فيا عباد الله أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون. وقال الله تعالى في القرآن الكريم بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم : {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} (ال عمران : 102)

Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah…
Ba’da hamdalah, shalawat dan salam kepada Rasulullah saw, saya selaku khatib berwasiat, baik bagi diri khatib sendiri, maupun bagi hadirin sekalian: Marilah kita bersama-sama saling mengingatkan dan menasehati akan pentingnya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Dimana di dalam Al-Qur’an Alah swt telah berfirman lebih dari 50 kali dengan lafadz “Ittaqullâh” (bertakwalah kamu sekalian kepada Allah). Pengulangan yang teramat sering ini menunjukkan bahwa takwa sangatlah penting artinya bagi setiap muslim, karena sesungguhnya keimanan dan ketaqwaan itu merupakan kunci menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Yaitu dengan cara imtitsalu awamirillah waj tinabun nawahi (menjalankan segala perintah Allah dan menjahui segala larangan-Nya) dan di topang dengan apa yang dikatakana oleh Ali bin Abi Thalib:

الخوف من الجليل والعمل بالتنزيل والرضا بالقليل والاستعداد ليوم الرحيل

“Takut kepada Allah yang Mahaagung), (mengamalkan al Qur’an dan al Sunnah), (ridla atas pembagian rizki yang sedikit), dan (mempersiapkan diri untuk perjalanan di akhriat)”

Ma’asyiral Muslimin.. Untuk melanjutkan materi pembahasan yang telah disampaikan oleh Khatib jum’at sebelumnya, dimana pada bulan Dzulhijah yang dimulai pada hari ini, ada tiga peristiwa besar yang sangat sakral, mengandung spirit yang tinggi dan penuh dengan nilai-nilai luhur, yaitu pertama pelaksanaan ibadah haji, kedua hari raya ‘idul adha, dan ketiga pelaksanaan dari udhiyah atau penyembelihan hewan qurban. Ketiga ibadah ini satu sama lain saling terkait, karena pada awal mulanya berkaitan dengan napak tilas keluarga teladan yang sangat taat kepada Allah dan gigih berjuang yaitu, nabi Ibrahim sebagai Ayah yang dicintai Allah, siti hajar sebagai istri yang patuh kepada suaminya, dan nabi Ismail sebagai anak yang patuh kepada orangtuanya. Keteladanan mereka ini telah diabadikan oleh Allah di dalam ayat-ayatnya, dan diwujudkan dalam ketiga rangkaian ibadah tersebut. Sehingga sudah seharusnyalah kita sebagai umat islam meneladani sikap, prilaku dan spirit keluarga teladan ini, khususnya yang terwujud dalam rangkaian ibadah haji, untuk diterapkan/diaktualisasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Untuk itulah, melalui khutbah Jum’at kali ini, khatib ingin menyampaikan sebuah materi tentang: “Mengaktualisasikan Spirit dan Nilai-nilai Manasik Haji Dalam Kehidupan Kita”.

Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh...
Apabila kita mengkaji dan menghayati secara mendalam tentang rangkain ibadah haji, maka kita akan menemukan bahwa pelaksanaan ibadah haji disamping sebagai suatu ritual ibadah wajib bagi setiap muslim yang isthita’ah, juga mengandung spirit dan seperangkat nilai-nilai luhur yang sangat bermanfaat bagi setiap muslim yang menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya. Allah swt berfirman di dalam surat al-Hajj: 27-28:

وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ. لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ...

Artinya: “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka…”.

Walaupun ayat ini menunjukan bahwa kemanfaatan di dunia dan diakhirat dari ibadah haji itu dapat diraih dan dirasakan oleh setiap muslim yang melaksanakan haji, tetapi kemanfaatan dari spirit dan nilai-nilai luhurnya dapat diraih dan diterapkan juga dalam kehidupan semua muslim, karena sebagaimana disebutkan tadi, bahwa rangkain ibadah haji itu merupakan perwujudan dari perjalanan hidup keluarga nabi Ibrahim yang penuh dengan keteladanan. Oleh karena itu rangkaian ibadah haji ini, bisa kita urai dari dua segi, yaitu:

(1) Segi gambaran aktifitas rangkaian ibadah haji dari rukun dan wajib hajinya, dimana rukun haji itu terdiri dari: ihram, wuquf di arafah, thawaf qudum, sa’i, tahallul dan tertib. Sedangkan wajib haji terdiri dari: ihram dari miqat, mabit di muzdalifah, mabit di mina, melempar jum’rah al-ula, al-wustha dan al-‘aqabah dan thawaf wada’.

(2)  Dari segi spirit dan nilai-nilai luhur yang dikandung oleh rukun dan wajib haji tersebut, untuk diaktualisasikan/diterapkan di dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai manusia yang beriman.

Pertanyaannya adalah: Mengaka kita perlu mengurai rukun dan wajib haji tersebut dari kedua segi tersebut?

Jawabannya: Karena aktifitas rukun dan wajib haji itu dari satu sudut pandang tertentu merupakan miniatur dari gambaran aktifitas kita sehari-hari, khususnya gambaran aktifitas para santri/pelajar al-ma’shum mardiyah ini. Sehingga spirit dan nilai-nilai luhur yang dikandung oleh rukun dan wajib haji itu bias kita aktualisasikan/terapkan dalam kehidupan kita sebagai umat islam, khususnya para pelajar al-ma’shum mardiyah ini.

Ma’âsyiral muslimîn... Untuk itu mari kita urai satu persatu dari rukun dan wajib haji itu:

Pertama adalah ihram, aktifitasnya adalah memulai niat ibadah haji, memakai pakaian ihram, mengerjakan shalat sunnah, memulai menjauhi larangan-larangan selama ibadah haji, dan kesemua aktifitas itu harus dimulainya dari miqat, yaitu batasan waktu dan tempat tertentu. 

Gambaran aktifitas ihram ini setidaknya dari satu sudut pandang ada kesamaan dengan gambarkan aktifitas awal mula kalian menjadi memulai masuk pesantren terpadu al-Ma’shum Mardiyah untuk menjadi seorang pelajar/santri al-Ma’shum Mardiyah. Dimana kalian pada saat itu dituntut untuk memulai niat untuk belajar di sini, ditandai dengan memakai pakaian pelajar yang seragam, dimulai diberlakukannya aturan-aturan pesantren terpadu al-Ma’shum Mardiyah, dan dengan membatasi lingkungan tempat tinggal dan pembelajaran, juga batasan waktu pembelajaran, yaitu antara 3 sampai 6 tahun.

Karena adanya sedikit kesamaan antara ihram dan awal mula kalian masuk ke MM ini, maka sudah seharusnyalah spirit dan nilai-nilai luhur dari ihram ini bisa kalian terapkan, yaitu:

1. Niat, merupakan pilar bagi semua ibadah yang selalu mengaitkan antara kesungguhan dalam beraktifitas dengan kesungguhan dalam meyakini bahwa semua aktifitas akan selalu diawasi dan dinilai oleh Allah swt. Maka tidak salah jika nilai sebuah ibadah tergatung pada niatnya, dan kesempurnaan ibadah terletak pada prakeknya. Oleh karana itu keberhasilan belajar kalian di MM ini juga tidak terlepas dari kesungguhan niat kalian untuk belajar di MM ini dan keyakinan kalian terhadap pengawasan dan penilaian dari Allah, disamping pengawasan dan penilaian dari para guru. Apabila niatnya sungguh-sungguh dan kuat, insya Allah keberhasilanpun akan kalian raih dengan baik.

2. Memakai pakaian ihram yang putih, itu melambangkan kesucian dan kesederhanaan. Ketika pakaian ini dipakai, buangkan segala sifat kesombongan, keangkuhan, egoisme, dan segala penyakit hati yang merusak. Begitupun kalian ketika memulai masuk MM ini sifat-sifat keangkuhan dan egoism yang mungkin sebelumnya ada pada diri kalian harus dibuang jauh-jauh.

3. Mematuhi larangan-larangan selama berhaji. Pesan nilainya adalah bahwa kita tidak boleh melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan pleh Allah dan Rasulnya selama kita hidup di dunia ini. Penerapannya bagi kalian sebagai santri/pelajar MM adalah disamping aturan-aturan Allah dan Rasulnya tersebut ada juga aturan-aturan khusus MM yang harus kalian patuhi juga, karena sebagaimana aturan-aturan Allah dan Rasulnya apabika kita ta’ati akan menjadikan kita sukses dunia akhirat, maka aturan MM pun apabila kalian turuti insya Allah akan membawa kalian kepada kesuksesan dalam belajar.

Kedua adalah wukup diarafah, lalu mabit di muzdalifah dan dimina yang didalamnya ada melempar 3 jumrah, al-ula, al-wustha dan al-‘aqabah. Aktifitasnya adalah wukuf atau berdiam diri di padang arafah dengan memperbanyak berdzikir, bertakbir, bertalbiyah dan berdo’a kepada Allah swt, lalu mabit atau bermalam di muzdalifah sambil mengumpulkan batu-batu kerikil untuk melempar jumrah, lalu dilanjutkan dengan mabit/bermalam di mina sambil melempar ke 3 jumrah.

Gambaran aktifitas wukuf/berdiam diri dan mabit/bermalam pada tempat dan masa yang telah ditentukan tersebut, ini setidaknya dari satu sudut pandang ada kesamaan dengan gambarkan aktifitas bermukim dengan menginap kalian di kawasan pesantren terpadu al-Ma’shum Mardiyah ini selama masa 3 sampai 6 tahun.

Karena adanya sedikit kesamaan antara wukuf dan mabit dengan bermukim dan bermalam kalian di MM ini, maka sudah seharusnyalah spirit dan nilai-nilai luhur dari wukuf dan mabit ini bisa kalian terapkan, yaitu:

1. Wukuf di padang Arafah ini melambangkan pencarian pengetahuan pemahaman dan pencarian jati diri, di mana Adam dan Hawa setelah diturunkan Allah dari surga ke bumi karena telah melakukan kesalahan, maka pertama kalinya mereka bertemu dan saling mengetahui antara keduanya adalah di arafah ini. Disinilah Adam dan hawa menemukan makrifat pengetahuan sejati tentang jati dirinya, akhir perjalanan hidupnya. Di sana pula ia menyadari langkah-langkahnya selama ini, sebagaimana ia menyadari pula betapa besar dan agung Tuhan yang kepada-Nya bersimpuh seluruh makhluk.

Maka dari itu, apabila nilai-nilai ini kita terapkan dalam kehidupan kita, maka hidup kita akan selalu mengarahkan diri kita untuk mencari pengetahuan dan pemahaman akan jati diri kita sebagai hamba Allah yang mengalami kehidupan di dunia dan di akhirat, sehingga kita akan selalu menuntut berbagai ilmu agar menjadi seorang hamba yang sukses dunia akhirat, atau dengan kata lainnya adalah orang yang bertaqwa, karena orang bertaqwalah yang paling mulya disisi Allah. Dan nilai-nilai ketaqwaan inilah yang ditanamkan di MM kepada kalian selama kalian mukim dan mabit di MM ini.

2. Mabit di muzdalifah dan dimina dengan disertai mengumpulkan batu-batu, kemudian dipakai melempar 3 jumrah sebagai perwujudan dari apa yang telah dilakukan Nabi Ibrahim A.S. yang melempari setan yang menggoda dirinya agar mengabaikan perintah Allah untuk menyembelih anaknya, Ismail A.S, ini melambangkan bahwa dalam hidup ini kita harus mengadakan persiapan dan membiasakan diri untuk mengumpulkan dan mengerahkan segala kemampuan diri dalam melawan godaan-godaan syaithan dan orang-orang yang mengikutinya serta sifat-sifat turunan dari sifat-sifat syetan, seperti angkuh, tamak, suka menjerumuskan, menghina dan mengolok-olok orang lain, suka berdusta dsb.

Oleh karena itu selama kalian di MM ini diharuskan untuk membiasakan menerapkan nilai-nilai ini, sehingga nantinya kalian menjadi orang yang tangguh melawan berbagai godaan yang menyesatkan.

Ketiga adalah thawaf, aktifitasnya adalah mengelilingi atau memutari ka’bah sebanyak 7 putaran, yang dimulai dari hajar aswad dengan diiringi dzikir dan do’a.

Gambaran aktifitas thawaf ini setidaknya dari satu sudut pandang ada kesamaan dengan gambarkan aktifitas sehari-hari kalian selama di MM ini dari mulai bangun subuh sampai kesubuh lagi kalian berputar-putar sekitar asrama, masjid, kelas pembelajaran, lapangan olah raga, tempat makan lalu kembali lagi ke asrama.

Oleh karena itu agar perputaran aktifitas keseharian kalian tersebut penuh makna dihadapan Allah dan sesama manusia, maka nilai-nilai luhur dari thawaf mengelilingi ka’bah tersebut haruslah diterapkan dalam perputaran aktifitas keseharian kalian dan kita semua, yaitu dimana Ka’bah merupakan rumah Allah yang menjadi kiblat seluruh umat islam. Jikalau Ka’bah ini diibaratkan sebagai matahari, dan manusia yang mengelilinginya ibarat planet yang mengitari matahari tersebut. Itu artinya, Allah adalah pusat eksistensi yang merupakan titik fokus dari dunia yang fana ini. Manusia mesti bergerak, beraktivitas, berbuat dan bersikap mesti berpusat kepada kehendak-Nya, yaitu sebagaimana yang telah disampaikan oleh Pa Umay, dengan menjadikan Allah “muara lima”: menyadari segala sesuatu asalnya dari Allah, berusaha selalu di jalan Allah, melakukan segala sesuatu hanya karena Allah, berhasil atau tidaknya semata atas pertolongan Allah, lalu akhirnya kembali kepada Allah.

Oleh karena itu apapun aktifitas keseharian kalian yang berputar-putar dari mulai asrama sampai ke asrama lagi haruslah selalu bermuara kepada muara tersebut, sehingga kalian dan kita semua menjadi orang yang mulya disisi Allah. Sebagaimana yang telah dilakukan siti hajar yang kulitnya aswad atau hitam dari ethiopia, dan berasal dari seorang hamba cahaya sebelum dinikahi dan dimerdekakan oleh Nabi Ibrahim, tetapi karena keimanan dan kecintaannya kepada Allah, ia menjadi orang yang mulya disisi Allah sehingga namanya melekat dan sangat berpengaruh dalam rangkain ibadah haji.

Keempat adalah sa’i, aktifitasnya adalah berjalan yang diselingi dengan lari-lari kecil antara bukit shafa dan bukit Marwah sebanyak 7 kali, yang dimulai dari bukit Shafa dengan diiringi dzikir dan do’a. 

Gambaran aktifitas sa’i ini setidaknya dari satu sudut pandang ada kesamaan dengan gambarkan aktifitas jalannya pembelajaran kalian, dimana kalian selama di MM ini dikondisikan untuk selalu berjalan atau berlari dari mata pelajaran satu ke mata pelajaran lainnya, dari satu bidang ilmu ke bidang ilmu lainnya dari guru/ustadz satu ke guru/ustadz lainnya.

Adapun nilai-nilai luhur dari sa’i antara bukit shafa dan bukit Marwah sebanyak 7 kali, yang harus diterapkan dalam berjalan atau berlarinya kalian dari satu mata pelajaran atau bidang ilmu ke mata pelajaran atau bidang ilmu lainnya adalah, bahwa sa’i melambangkan eskistensi perjuangan hidup manusia dalam berusaha dan bergerak kearah yang lebih baik. 

Dimana secara historis Sa’i ini merupakan perwujudan dari perjuangan keras Siti Hajar, yang berlari-lari antara bukit Shafa dan Marwa yang gersang dan tandus selama tujuh kali, guna mencari air untuk sang buah hatinya yakni Ismail As.

Oleh karena itu selama kalian mempelajari berbagai macam pelajaran janganlah loyo, pesimis dan statis tidak bergerak alias tidak ada kemauan untuk merubah diri ke arah yang lebih baik, akan tetapi haruslah selalu semangat dan optimis, sehingga kalian satu sama lainnya selalu terus bergerak dengan fastabikul khairat berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dalam berprestasi, sampai apa yang kalian cita-citakan tercapai dengan izin Allah. Dalam hal ini Allah swt berfirman di dalam surat Ar-Ra’du: 11

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Artinya: ”Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.

Di dalam sebuah khabar dari shahabat dinyatakan:

إعمل لدنياك كأنك تعيش أبدا، واعمل لآخرتك كأنك تموت غدا

“Bekerjalah untuk duniamu, seakan-akan kamu akan hidup selamanya. Dan beramal buat akhiratmu, seakan-akan kamu akan menemui ajal esok hari.”

Kelima adalah tahallul, aktifitasnya adalah mencukur rambut dan dibolehkannya kembali melakukan beberapa perbuatan yang dilarang selama keadaan ihram haji sebagai tanda berakhirnya aktifitas rangkaian ibadah haji.

Gambaran aktifitas tahallul ini setidaknya dari satu sudut pandang ada kesamaan dengan gambarkan telah selesainya proses belajar kalian di MM ini, yang bisanya ditandai dengan adanya prosesi khusus, seperti wisuda dsb.

Adapun nilai-nilai luhur dari tahallul tersebut yang harus diterapkan dalam kehudupan kita, khususnya kalian para pelajar MM adalah, bahwa tahallul itu melambangkan rasa syukur seorang hamba atas karunia Allah yang telah dianugrahkan kepadanya dan juga melambangkan bahwa jiwanya telah bersih dari sifat-sifat dan prilaku yang jelek dan kotor, Sehingga dia menjiwai fitrah asalnya sebagai makhluk yang diciptakan Allah yang selalu ta’at beribadah kepada Allah, baik dalam tataran ibadah mahdhah langsung kepada Allah, maupun ghair mahdhah yang melalui perantara sesama makhluk, sehingga dia menjadi manusia yang bermanfaat di hadapan Allah dan dihadapan sesamanya. Akhirnya dia menjadi seorang manusia yang berkarakter taqwa yang dimulyakan oleh Allah swt dan sesamanya. Allah swt berfirman di dalam QS. Al-hujuraat: 13

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Artinya: ”Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu”.

Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh... 
Oleh karena itu marilah kita aktualisasikan atau terapkan spirit dan nilai-nilai luhur dari rangkaian rukun dan wajib haji ini dalam aktifitas kehidupan sehari-hari kita, sehingga kita menjadi manusia bertaqwa yang bermanfaat dan dimulyakan dihadapan Allah dan sesama manusia. Dan khusus bagi kalian sebagai pelajar, seperti itulah kesuksesan hakiki seorang pelajar muslim.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْر الْحَكِيْمِ، وتقبّل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ من كل ذنب فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ


Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. 

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ…. فَقَال تَعَالَى في القرآن العظيم بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم : {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ}..

وأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وثالث بكم أيها المؤمنون، فَقَالَ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: ” إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأّيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا “.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ…. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِيْهِمْ بإحسان إلى يوم الدين…

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إنك سميع قريب مجيب الدَّعَوَات…

اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ اْلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَالله: اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكم بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوااللهَ الْعَظِيْمِ يذكركم وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَر والله يعلم ما تصنعون

No comments:

Post a Comment