Thursday 6 July 2017

Ndesoisme

(https://m.brilio.net)


"Faham "ndesoisme" itu bukanlah faham "kearifan lokal" yang dianut "Orang desa/kampung", sehingga tidak sepantasnya menjadikan "orang desa/kampung" atau serba berbau desa/kampung itu dihinakan dan diolok-olok, atau menjadikannya bahan untuk mengolok-olok, menghina dan bahkan mencaci orang/pihak yang tidak sejalan/berbeda"

Ketika standar "kebenaran berbangsa dan bernegara" di ukur dari sudut pandang "ndeso", dalam artian sempit, yaitu "kampungan tidaknya" atau "fikiran sempit", atau dalam artian luas, yaitu "pandangan subjektif", maka segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara setiap penduduk negri ini akan didasarkan pada "pandangan ndeso" tersebut, seperti: pemecahan masalah sektarian didasarkan pada pandangan ndeso yang mengarah pada ujaran kebencian, olok-olok, generalisasi dst, sehingga yang muncul bukannya kedamaian atau minimal ada respek positif, tetapi malah menambah masalah, kisruh dan bahkan menambah kuat kesektarianannya; penegakan hukum didasarkan pada pandangan ndeso yang mengarah pada penegakan tajam ke bawah tumpul ke atas, sehingga yang muncul bukannya keadilan tetapi malah kriminalisasi, pembunuhan karakter, politisasi hukum dst; setiap aksi yang dianggap tidak sejalan "di-ndeso-isasi", sehingga fakta-fakta diputar balikan dan tuduhan makar menjadi senjatanya dst... 

Kalau berbangsa dan bernegara seolah-olah sudah mendasarkan pada sudut pandang "ndeso" seperti itu, maka kita seolah-olah sedang berada pada masa muncul dan berlakunya faham "ndesoisme".

Dan faham "ndesoisme" ini berbeda sekali dengan faham yang dianut "orang desa/kampung" yang masih murni mendasarkan sendi kehidupannya pada "adat istiadat" yang memperlihatkan pandangan-pandangan, nilai-nilai dan norma-norma "kearifan lokal".

Maka kalau ada seseorang dengan sengaja menganggap rendah, mengolok-olok atau mencaci "orang desa/kampung", atau menjadikan "orang desa" tsb atau apa yang berbau "desa/kampung" sebagai bahan perbandingan untuk menghina, mengolok-olok atau mencaci maki orang/pihak lain, atau bahkan mungkin untuk menistakan salah satu ajaran atau syi'ar agama yang dianut orang/pihak lain tsb, maka itu dari satu sisi secara tidak langsung sudah menafikan atau tidak menghormati "orang desa/kampung" dan nilai-nilai "kearifan lokal" atau bahkan dalam cakupan luasnya keragaman "adat istiadat"... he..




No comments:

Post a Comment