Oleh: Nabil Abdurahman
Khutbah I
ألْحَمْدُ لِلّهِ الّذِيْ أنزل القرآنَ في شهرِ رمضان، هدىً للناس وبيِّناتً من الهدى والفرقان، وجَعَلَه غُرَّةَ وَجْهِ الْعَامِ، وَشَرَّفَ أَوْقَاتَهُ عَلَى سَائِرِ الأَوْقَاتِ، وَفَضَّلَ أَيَّامَهُ عَلَى سَائِرِ الأَيَّامِ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، شهادَةَ مَنْ قَالَ رَبِّيَ اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَفْضَلُ مَنْ صَلَّى وَصَامَ. اللهمّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدِ، وعَلى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ وَمَصَابِيْحِ الظُّلاَمِ.
أما بعد: فيا عباد الله أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون. وقال الله تعالى في القرآن الكريم بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم : {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} (ال عمران : 102)
Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah…
Pada saat yang berbahagia ini, Saya selaku khatib berwasiat: Marilah kita bersama-sama saling mengingatkan dan menasehati akan pentingnya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Karena sesungguhnya keimanan dan ketaqwaan itu merupakan kunci menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Yaitu dengan cara imtitsalu awamirillah waj tinabun nawahi atau sebagaimana yang dikatakan oleh Ali Bin Abi Thalib ra:
الخوف من الجليل والعمل بالتنزيل والرضا بالقليل والاستعداد ليوم الرحيل
“Takut kepada Allah yang Mahaagung), (mengamalkan al Qur’an dan diikuti al Sunnah), (ridla atas pembagian rizki yang sedikit), dan (mempersiapkan diri untuk perjalanan di akhriat)”
Hadirin jama’ah shalat jum’at rahimakumullah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada saat ini kita berada pada akhir bulan sya’ban. Ini menunjukan bahwa sebentar lagi bulan Ramadhan akan segera datang menyapa kita. Suatu bulan yang datang dengan membawa segudang peluang dan kesempatan emas bagi kita, karena di dalam bulan ini terkandung kemuliaan dan keistimewaan yang amat besar, yang tak bisa dijumpai pada bulan-bulan lainnya. Nilai ibadah dilipatgandakan, do’a-do’a dikabulkan, dosa diampuni, pintu surga dibuka, sementara pintu neraka ditutup.
Untuk itu pada kesempatan khutbah ini khatib akan membahas tentang: Menyambut Ramadhan dan Kaitannya dengan Pembentukan Karakter
Hadirin rahimakumullah… Apabila kita memperhatikan tipe-tipe orang yang menyambut Ramadahan, maka setidaknya ada empat tipe orang dalam menyambut hadirnya Ramadhan tersebut. Pertama, mereka yang menyambutnya dengan suka cita dan penuh kegembiraan, karena ia merasakan kenikmatan beribadah di dalamnya. Kedua, mereka yang menyambutnya dengan suka cita dan penuh kegembiraan, karena diuntungkan secara materi. Ketiga, mereka yang merasa berat dan terbebani atas hadirnya Ramadhan. Keempat, kalangan yang biasa-biasa saja dalam menapaki Ramadhan.
Tentunya kita sebagai bagian dari umat islam seyogyanya menjadikan Ramadhan itu bak tamu agung yang selalu dinanti-nanti kedatangannya, karena kita menyadari bahwa akan rugilah apabila kita menyia-nyiakan bulan yang datang dengan membawa segudang peluang dan kesempatan emas bagi kita tersebut.
Untuk itu, kita perlu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam rangka menyambut bulan yang penuh berkah tersebut, sehingga kita dapat memanfaatkannya secara maksimal, sehingga tujuan Akhir dari puasa ramadhan ini, yakni derajat “Ketaqwaan” dapat kita raih, dan akhirnya ketaqwaan itu menjadi karakter kita sehari-hari. Untuk itulah, Rasulullah SAW sebagai representasi dari “Karakter Muslim Sejati” yang menjadi suri tauladan bagi umat manusia, tak lupa berpesan kepada umatnya ketika bulan Ramadhan datang, diantaranya hadits yang diriwayatkan Thabrani:
قَدْ آتَاكُمْ رَمَضَانُ سَيِّدُ الشُّهُوْرِ فَمَرْحَبًا بِهِ وَاَهْلاً، جَاءَ شَهْرُ الصِّيَامِ بِبَرَكَاتٍ فَأكْرِمْ بِهِ
Artinya: "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan. Maka hendaklah engkau mengucapkan marhaban (selamat datang) kepadanya. Telah datang bulan puasa dengan segenap berkah di dalamnya maka hendaklah engkau memuliakannya."
Kata “marhaban” jika dilihat dari asal katanya, terambil dari akar kata (رَحْبٌ) yang berarti (وَاسِعٌ, رَحِيْبٌ) “luas atau lapang”, sehingga kata marhaban menggambarkan bahwa tamu yang datang disambut dan diterima dengan lapang dada, penuh kegembiraan, serta dipersiapkan baginya tempat yang luas untuk melakukan apa saja yang dia inginkan sesuai dengan aturan syari’at.
Hadirin jama’ah shalat jum’at rahimakumullah…
Oleh karena itu, marilah kita sambut kedatangan bulan Ramadhan ini dengan ucapan: “Marhaban Ya Ramadhan (selamat datang bulan Ramadhan), kami menyambut kedatanganmu dengan penuh suka cita.”
Kemudian kita melakukan beberapa sikap terpuji yang biasa dilakukan oleh para shalihin terdahulu dalam menyambut bulan Ramadhan ini, yaitu diantaranya:
Pertama, memperbanyak do’a kepada Allah swt. Yahya bin Abi Katsir meriwayatkan bahwa orang-orang salaf terdahulu selalu mengucapkan doa:
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami (umur kami) pada bulan Ramadhan”. (HR. Baihaqi)
Kedua, memperdalam pengetahuan seputar puasa ramadhan dan amalan-amalan yang dicontohkan oleh Rasulullah pada bulan tersebut dengan banyak bertanya, belajar dan membaca. Hal ini guna menghindari dari kesalahan-kesalahan yang bisa merusak atau mengurangi kesempurnaan ibadah-ibadah kita di bulan ramadhan yang disebabkan oleh ketidaktahuan kita. Karena orang akan mampu mengerjakan sesuatu ibadah dengan sempurna dan riang gembira, jika ia tahu dengan pasti syarat dan rukun, serta memahami apa alasan, tujuan dan manfaat di balik sesuatu yang ia kerjakan.
Ketiga, Menyiapkan fisik yang prima dan mental yang istiqamah, diantaranya –sebagaimana yang diisyaratkan oleh Rasulullah saw-, yaitu dengan memperbanyak puasa di bulan sya’ban ini, sebagai latihan untuk beradaptasi dengan puasa ramadhan. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Siti Aisyah: bahwa ia tidak pernah melihat rasulullah saw memperbanyak puasa sunnah selain di bulan Sya’ban. Anas bin Malik r.a. berkata, ”ketika kaum muslimin memasuki bulan Sya’ban, mereka sibuk membaca Alquran dan mengeluarkan zakat mal untuk membantu fakir miskin yang berpuasa.” Dengan mengondisikan diri pada bulan Sya’ban untuk berpuasa, bersedekah dan memperbanyak ibadah, kondisi ruhiyah akan meningkat, dan tubuh akan terlatih berpuasa Dengan kondisi seperti ini, maka ketika memasuki bulan Ramadhan, kondisi ruh dan iman telah membaik, yang selanjutnya dapat langsung menyambut bulan Ramadhan yang mulia ini dengan amal dan kegiatan yang dianjurkan.
Keempat, memantapkan niat dan membuat planning (perencanaan) agenda di bulan Ramadhan. Orang-orang soleh terdahulu selalu merencanakan pengisian bulan Ramadhan dengan cermat dan optimis. Misalnya: berapa kali dia akan mengkhatamkan membaca al-Quran, berapa kali sholat malam, berapa akan bersedekah dan membari makan orang berpuasa, berapa kali menghadiri pengajian dan membaca buku agama. Itulah planning yang benar mengisi Ramadhan, bukan hanya sekedar memplaning atau merencanakan menu makan dan pakaian kita untuk Ramadhan, tapi lebih diarahkan ke perencanaan yang matang untuk meningkatkan kualitas ibadah kita di bulan Ramadhan, sehingga puasa kita nanti tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar.
Hadirin jama’ah shalat jum’at rahimakumullah…
Mengapa kita perlu menyambut dan mempersiapkan diri kita dengan sebaik-baiknya dalam rangka menyambut bulan Ramadhan yang penuh berkah tersebut?
Jawabanya: karena dengan seperti itulah kita dapat memanfaatkan bulan Ramadhan secara maksimal, sehingga tujuan Akhir dari puasa ramadhan ini, yakni derajat “Ketaqwaan” dapat kita raih, dan akhirnya ketaqwaan itu menjadi karakter kita sehari-hari, yaitu karakter muslim sejati yang tergambar dalam diri Rasulullah saw sebagai suri tauladan bagi umat manusia.
Pertanyaannya sekarang: mengapa bulan Ramadhan tersebut dapat membentuk karakter manusia uanggul yang bertakwa?
Jawabannya: karena tahapan menuju karakter manusia unggul yang bertaqwa ada dalam makna-makna tertinggi puasa Ramadhan tersebut, yang secara umum bisa dibagi kedalam 3 tahapan, yaitu:
A. Tahapan pertama adalah madkhal
Tahapan ini menekankan harus adanya kriteria atau seleksi khusus untuk kelayakan bagi orang yang menjalankan suatu proses ‘amaliah, dalam hal ini adalah ibadah puasa. Dan kriteria tersebut adalah keimanan. Iman seseorang akan sangat menentukan sejauh mana keberhasilan sebuah pembentukan karakter manusia unggul yang bertaqwa. Allah Swt berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ. )البقرة: (183
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (Al-Baqarah: 183).
Siapapun yang menghendaki terwujudnya sebuah karakter (akhlak) yang unggul dan mulya, baik pada tataran pribadi, keluarga, masyarakat maupun bangsa maka modal utamanya harus memiliki iman, semakin kokoh iman seseorang akan semakin berpeluang mempunyai karakter yang unggul dan mulia begitu pula sebaliknya jika imannya lemah maka sulit akan mempunyai karakter yang unggul dan mulia, Rasulullah Saw bersabda :
عَنْ أَبِي سَعيْدٍ اْلخُدْرِيِّ رَضِىَ اللهُ تَعَالىَ عَنْهُ قَال :قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « أَكْمَلُ المُؤْمِنينَ إِيْمَاناً أَحْسَنُهُمْ خُلُقَاً » (رواه الطبرانى)
Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlak (karakter) nya”. (HR. At-Thabrani).
Oleh karena itu di dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ... » (رواه البخاري و مسلم)
Artinya: “Barangsiapa berpuasa atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosa yang lalu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadirin jama’ah shalat jum’at rahimakumullah…
B. Tahapan Kedua adalah proses ‘amaliyah
Proses ‘amaliayah ini diantaranya:
Pertama, melaksanaan ibadah puasa itu sendiri dan ibadah-ibadah lainnya. Semua ibadah dalam Islam disamping sebagai suatu kewajiban, jika dilaksanakan dengan benar dan baik akan berdampak pada perilaku yang positif, dan prilaku positif apabila sudah menjadi kebiasaan maka akan membentuk karakter yang unggul. Jika kemudian suatu ibadah tidak menghasilkan prilaku dan membentuk karakter yang unggul, maka dimata Allah akan sia-sia, termasuk puasa bulan ramadhan, Rasulullah bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِـهِ إلاَّ الْجُوْعِ وَالْعَطَشِ» (رواه أحمد و الحاكم و البيهقي)
Artinya: “Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga”. (HR. Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baihaqi).
Oleh karena itu, untuk membentuk generasi yang unggul, maka diantara prosesnya adalah mendorong generasi muslim agar menjadi generasi yang berkarakter rajin ibadah. Apapun konsep pendidikan karakter yang tidak dibarengi dengan semangat beribadah maka akan sia-sia dan kehilangan arah. Disinilah kenapa Allah menyediakan beberapa keistimewaan ibadah dalam bulan ramadhan, agar nantinya bisa mendukung keberhasilan misi puasa untuk menjadi orang yang takwa.
Kedua, memperbanyak interaksi dengan al-Qur’an. Diantara keutamaan bulan ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran, yaitu firman Allah yang mengandung mukjizat sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia. Allah swt berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (QS. Al-Baqarah: 185)
Oleh karenaya, untuk menyiapkan generasi yang berkarakter unggul dan berakhlak mulia, maka harus dengan mengajarkan Al-Quran kepada generasi muslim, dari mulai membaca, memahami, mengamalkannya dan bahkan menghafalkannya.
Ketiga, menciptakan atau memilih lingkungan baik dan menjauhkan lingkungan buruk. Lingkungan yang baik akan memberi pengaruh yang besar pada pembentukan karakter (akhlak) seseorang yang baik, begitu pula sebaliknya. Tidak sedikit orang yang asalnya berkarakter baik ketika di ada lingkungan yang mendukungnya baik, namun kemudian ketika berada di lingkungan yang jelek karakternya berubah pula menjadi jelek. Rasulullah Saw bersabda :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ » (رواه مسلم)
Artinya: “Ketika datang ramadhan dibukalah pintu-pintu surga, ditutup pintu neraka dan dibelenggu Syaithan- syaithan”. (HR. Muslim)
Hadits ini secara tidak langsug memberikan isyarat bagaimana pentingnya menciptakan lingkungan yang baik, suasana yang religius dengan memperbanyak ibadah, juga dengan cara menghindari hal-hal yang bisa mendorong kepada perbuatan keji dan munkar.
Keempat, membiasakan untuk berkarakter jujur, adil dan bertanggung jawab. Jujur artinya ia dapat dipercaya dan tidak melakukan bentuk kebohongan sekecil apapun. Adapun adil artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya atau melakukan sesuatu sesuai dengan aturannya. Dalam sebuah hadits Qudsi, dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:
قَالَ اللهُ:((كُلُّ عَمَلٍ إبْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّاَ الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِي بِهِ)) (صحيح الأحاديث القدسية - البخاري و مسلم,
“Allah SWT berfirman: “Setiap amalan manusia itu untuknya, kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang memberi balasannya.” (Shahih Al-Ahadits Al-Qudsiyah. Bukhari, Muslim)
Orang islam yang beramaliyah selain di bulan ramadhan atau selain daripada ibadah puasa, menurut hadits di atas amalnya itu untuk dirinya, sedangkan puasa hanya Allah SWT semata yang Maha Mengetahui tingkatan puasa seseorang. Artinya amaliyah ibadah lain dapat diketahui dan terlihat oleh umum atau adanya control sosial, sedangkan ibadah puasa begitu rahasia, privat, dan tidak deklaratif, yang tahu hanyalah diri orang yang melaksanakannya dan Tuhan. Sehingga sikap jujur dan penuh tanggung jawab yang didasari keimanan yang kuat menjadi salah satu karakter orang yang berpuasa dengan benar. Yang pada akhirnya sikap ini menjadi karakternya dalam kehidupan dan kondisi apapun.
Kelima, membiasakan hidup disiplin. Puasa Ramdahan memiliki aturan waktu yang sangat jelas, yaitu khususnya ketika memulai puasa yaitu harus dari ketika terbit fajar dan ketika berbuka puasa harus ketika terbenamnya matahari. Sehingga puasa Ramadhan mengajarkan bagaimana kita membiasakan diri untuk disiplin dengan rangkaian waktu yang jelas. Dan sikap disiplin ini merupakan cerminan dari sebuah masyarakat yang berbudaya maju, seperti terkenalnya kedisiplinan bangsa jepang. Oleh karena itu karakter disiplin merupakan karakter orang yang sukses. Dengan demikian puasa melatih dan membentuk disiplin setahap demi setahap. Dan kedisiplinan ini jika dibiasakan oleh generasi muslim dalam waktu satu bulan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan maka akan menjadikannya sebagai suatu karakter yang unggul.
Keenam, Melatih kepekaan sosial. Salah satu nilai yang sangat asasi dalam menjalankan ibadah puasa adalah mengasah kecerdasan sosial dan hal ini langsung dicontohkan oleh rasulullah Saw. Puasa dan sedekah bisa melahirkan karakter sosial yang positif; melahirkan rasa kepedulian terhadap sesama. Rasa lapar dan dahaga bisa membuat seorang mukmin terdorong meringankan penderitaan sebagian masyarakatnya. Sedekah juga menepis sifat kikir dan pelit serta melatih seseorang untuk peduli dan mengasihi sesama. Allah Swt berfirman:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka”. (QS. At Taubah 103).
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah..
C. Adapun tahap ketiga adalah Mukhrij atau natijah
Tahapan ini menekankan terhadap nilai yang bisa diperoleh oleh orang yang telah melewati dua tahapan sebelumnya, karena nilai ini tergantung dari kedua tahapan tersebut. Jika tahapan pertama, yaitu madkhol dan tahapan kedua, yaitu proses amaliahnya baik maka akan menghasilkan natijah atau nilai yang baik juga yaitu berupa karakter atau akhlak yang digambarkan oleh Al-Quran sebagai orang yang berkarakter taqwa. Dan inilah karakter terunggul dan termulya seorang manusia dihadapan Allah swt. Sebagaimana Dia berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu”. (QS. Al-Hujuraat: 13)
Namun karakter unggul dan mulya seorang muslim yang telah melalui pendidikan karakter pada bulan Ramadhan ini, akan terlihat sangat jelas hasilnya pada kebiasaan sikap, prilaku dan sifat-sifat dia dalam beribadah, beraktifitas dan bermuamalah di bulan-bulan selepas ramadhan. Apabila keimanannya melekat, ibadahnya kuat, dengan al-Qur’an selalu dekat, kepekaan sosialnya meningkat, kejujuran, kedisiplinan dan penuh tanggung jawabnya terhadap apapun dan dalam situasi bagaimanapun terlihat, maka karakter unggul dan mulya pada dirinya benar-benar telah melekat, sehingga insya Allah dia akan bahagia dan selamat dunia akhirat.
Demikianlah khutbah yang dapat kami sampaikan, semoga kiranya kita memperoleh rahmat, hidayat serta kekuatan untuk dapat mempersiapkan diri secara maksimal, menyongsong datangnya bulan Ramadhan, amin, amin ya Mujiibas Saailiin…..
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْر الْحَكِيْمِ، وتقبّل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ من كل ذنب فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.
Khuthbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ…. فَقَال تَعَالَى في القرآن العظيم بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم : {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ}..
وأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: ” إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأّيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا “.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ…. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِيْهِمْ بإحسان إلى يوم الدين…
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إنك سميع قريب مجيب الدَّعَوَات…
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
عِبَادَالله: اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكم بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوااللهَ الْعَظِيْمِ يذكركم وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَر والله يعلم ما تصنعون.
وأقم الصلاة.
No comments:
Post a Comment