(spaceinfo.com.au)
Oleh: Nabil Abdurahman
A. Pendahuluan
Secara global al-Qur’an telah mendorong manusia untuk mengenal Allah swt melalui dua cara, yaitu: melaui tadabbur dan tafakkur.
Antara tadabbur dan tafakkur ini dari segi bahasa hampir memiliki kesamaan arti, yaitu keduanya berkaitan dengan merenungkan dan memikirkan sesuatu hal, bedanya hanya kalau tadabbur itu merenungkan suatu hal untuk melihat akibat-akibatnya, sedangkan tafakkur dalam perenungannya lebih difokuskan kepada penelitian dalil-dalil, tanda-tanda atau indikator-indikator tentang suatu hal.
Imam Al-Ghazali mendefinisikan di dalam Ihya Ulumuddin bahwa tafakkur adalah menghadirkan dua makrifat (pengetahuan) yang terdahulu (sudah diketahui) untuk sampai pada makrifat yang ke-3. Contohnya ketika seseorang ingin mengetahui mana yang lebih baik antara dunia dan akhirat, maka metode tafakkur yang harus ditempuhnya adalah dengan mengetahui dulu bahwa yang kekal lebih baik dan utama daripada yang tidak, lalu dia mengetahui bahwa akhirat lebih kekal daripada dunia. Maka dari dua premis (pengetahuan dasar) tersebut muncullah pengetahuan ketiga, yaitu bahwa akhirat lebih baik daripada dunia, karena akhiratlah yang kekal daripada dunia.